KOMPONEN DALAM KOMUNIKASI


Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan atau informasi diantara dua orang atau lebih dengan harapan terjadinya pengaruh yang positif atau menimbulkan efek tertentu yang diharapkan. Komunikasi adalah persepsi dan
apresiasi.
Ada lima komponen penting untuk diperhatikan dalam proses komunikasi, yaitu :
a. Pengirim pesan (sender atau komunikator)
b. Pesan yang dikirimkan (message)
c. Bagaimana pesan tersebut disampaikan (delivery channel atau media)
d. Penerima pesan (receiver atau komunikan); dan
e. Umpan balik (feedback) atau effect
http://www.job-desc.com/

Untuk dapat mengembangkan kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif, baik secara personal maupun professional paling tidak kita harus menguasai empat jenis keterampilan dasar dalam berkomunikasi, yaitu :
a. menulis,
b. membaca,
c. berbicara; dan
d. mendengar.

Komunikasi seringkali terganggu atau bahkan dapat menjadi buntu sama sekali. Faktor hambatan yang biasanya terjadi dalam proses komunikasi,
Hambatan Teknis
Hambatan jenis ini timbul karena lingkungan yang memberikan dampak pencegahan terhadap kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan. Dari sisi teknologi, keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi, akan semakin berkurang dengan adanya temuan baru di bidang teknologi komunikasi dan sistim informasi, sehingga saluran komunikasi dalam media komunikasi dapat diandalkan serta lebih efisien.

Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea secara efektif. Definisi semantik adalah studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas, akan tetap menjadi tidak jelas bagaimanapun baiknya transmisi.
Untuk menghindari mis-komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta melihat dan mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata yang digunakannya.

Hambatan Manusiawi
Hambatan jenis ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh orang-orang yang terlibat dalam komunikasi, baik komunikator maupun komunikan.
Menurut Cruden dan Sherman, hambatan ini mencakup :
• Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia, seperti perbedaan persepsi, umur, keadaan emosi, status, keterampilan mendengarkan, pencarian informasi, penyaringan informasi.
• Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi atau lingkungan sosial dan budaya, seperti suasana dan iklim kerja serta tata nilai yang dianut .
Ditinjau dari aspek bisnis, organisasi adalah sarana manajemen (dilihat dari aspek kegiatannya). Korelasi antara Ilmu Komunikasi dengan Organisasi terletak pada peninjauannya yang berfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi.
Dalam lingkup organisasi, tujuan utama komunikasi adalah memperbaiki organisasi, yang ditafsirkan sebagai upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan manajemen. Komunikasi organisasi terjadi setiap saat. Dan dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarchies antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.

Komunikasi bisnis adalah proses pertukaran pesan atau informasi untuk mencapai efektivitas dan efisiensi produk kerja di dalam struktur (jenjang / level) dan sistem organisasi yang kondusif. Dalam kegiatan komunikasi bisnis, pesan hendaknya tidak hanya sekedar informatif, yaitu agar pihak lain mengerti dan tahu, tetapi juga haruslah Persuasif, agar pihak lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan atau melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.

Dalam proses komunikasi semua pesan atau informasi yang dikirim akan diterima dengan berbagai perbedaan oleh penerima pesan/informasi, baik karena perbedaan latar belakang, persepsi, budaya maupun hal lainnya. Untuk itu, suatu pesan atau informasi yang disampaikan hendaknya memenuhi 7 syarat atau dikenal juga dengan 7 C, yaitu :

1. Completeness (Lengkap)
Suatu pesan atau informasi dapat dikatakan lengkap, bila berisi semua materi yang diperlukan agar penerima pesan dapat memberikan tanggapan yang sesuai dengan harapan pengirim pesan
2. Conciseness (Singkat)
Suatu pesan dikatakan concise bila dapat mengutarakan gagasannya dalam jumlah kata sekecil mungkin (singkat, padat tetapi jelas) tanpa mengurangi makna, namun tetap menonjolkan gagasannya.
3. Consideration (Pertimbangan)
Penyampaian pesan, hendaknya menerapkan empati dengan mempertimbangkan dan mengutamakan penerima pesan.
4. Concreteness (konkrit)
Penyampaian pesan hendaknya disampaikan dengan bahasa yang gambalang, pasti dan jelas.
5. Clarity (Kejelasan)
Pesan hendaknya disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mudah diinterpretasikan serta memiliki makna yang jelas.
6. Courtessy (Kesopanan)
Pesan disampaikan dengan gaya bahasa dan nada yang sopan, akan memupuk hubungan baik dalam komunikasi bisnis.
7. Correctness (ketelitian)
Pesan hendaknya dibuat dengan teliti, dan menggunakan tata bahasa, tanda baca dan ejaan dengan benar (formal atau resmi).

Konsep Budaya individualis Budaya kolektivis
Diri Sebagai dirinya sendiri Sebagai bagian kelompok
Tujuan Tujuan diperuntukan kepada pencapaian kebutuhan diri. Tujuan diperuntukan kepada pencapaian kebutuhan kelompok
Kewajiban Melayani diri sendiri Melayani kelompok/orang lain.
Teori ini menawarkan model pengelolaan konflik sebagai berikut:

a. Avoiding (penghindaran) – saya akan menghindari diskusi perbedaan-perbedaan saya dengan anggota kelompok.
b. Obliging (keharusan) – saya akan menyerahkan pada ke kebijakan anggota kelompok.
c. Compromising – saya akan menggunakan memberi dan menerima sedemikian sehingga suatu kompromi bisa dibuat.
d. Dominating – saya akan memastikan penanganan isu sesuai kehendak-ku.
e. Integrating – saya akan menukar informasi akurat dengan anggota kelompok untuk memecahkan masalah bersama-sama.
Face-negotiation teory menyatakan bahwa avoiding, obliging, compromising, dominating, dan integrating bertukar-tukar menurut campuran perhatian mereka untuk self-face dan other -face.

3. Speech Codes Theory.
Teori yang dipublikaskan Gerry Philipsen ini berusaha menjawab tentang keberadaan speech code dalam suatu budaya, bagaimana substansi dan kekuatannya dalam sebuah budaya. Ia menyampaikan proposisi-proposisi sebagai berikut:
a. Dimanapun ada sebuah budaya, disitu diketemukan speech code yang khas.
b. Sebuah speech code mencakup retorikal, psikologi, dan sosiologi budaya.
c. Pembicaraan yang signifikan bergantung speech code yang digunakan pembicara dan pendengar untuk memkreasi dan menginterpretasi komunikasi mereka.
d. Istilah, aturan, dan premis terkait ke dalam pembicaraan itu sendiri.
e. Kegunaan suatu speech code bersama adalah menciptakan kondisi memadai untuk memprediksi, menjelaskan, dan mengontrol formula wacana tentang intelijenitas, prudens (bijaksana, hati-hati) dan moralitas dari perilaku komunikasi.

Teori-teori komunikasi antar budaya
1. Anxiety/Uncertainty Management Theory( Teori Pengelolaan Kecemasan/Ketidakpastian).
Teori yang di publikasikan William Gudykunst ini memfokuskan pada perbedaan budaya pada kelompok dan orang asing. Ia berniat bahwa teorinya dapat digunakan pada segala situasi dimana terdapat perbedaan diantara keraguan dan ketakutan.
Gudykunst menyakini bahwa kecemasan dan ketidakpastian adalah dasar penyebab dari kegagalan komunikasi pada situasi antar kelompok. Terdapat dua penyebab dari mis-interpretasi yang berhubungan erat, kemudian melihat itu sebagai perbedaan pada ketidakpastian yang bersifat kognitif dan kecemasan yang bersifat afeksi- suatu emosi.
Asumsi Dasar Teori
Gagasan awal dari teori ini adalah Uncertainty Reduction Theory, yaitu teori yang berasumsi bahwa dalam proses komunikasi, semakin tinggi ketidakpastian seseorang maka akan semakin rendah keberhasilan komunikasi yang hendak dilakukannya. Dengan bahasa yang lain, proses komunikasi dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian sehingga tujuan komunikasi tercapai. Gudykunst menggunakan konsep ’uncertainty’ untuk memprediksi perilaku orang lain dan konsep ’anxiety’ untuk menjelaskan proses penyesuaian budaya.
Cultur shock
Adalah perasaan disorientasi, ketidakamanan kesepian, atau kebingungan yang dapat terjadi ketika seseorang meninggalkan negara asal nya untuk hidup dalam budaya baru. Budaya shock bisa datang dengan salah satu gejala berikut:

* Kerinduan
* Kesepian
* Depresi
* Perlu untuk tidur lebih dari biasanya
* Penarikan dari kegiatan sosial
* Kompulsif makan atau kehilangan nafsu makan
* Stereotipe dan permusuhan terhadap warga negara tuan rumah
* Kurangnya energi

Apakah setiap orang mengalami kejutan budaya?

Budaya experienceFor schock beberapa kejutan budaya orang adalah singkat dan bahkan mungkin tidak diperhatikan. Banyak orang, bagaimanapun, mungkin harus menghadapi kejutan budaya selama beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan. Jadi, ketika kita merasa mengalami beberapa gejala di atas, tidak merasa malu. Hal ini terjadi pada hampir semua orang yang datang untuk hidup dalam budaya asing.


Ini mungkin tampak bagi kita bahwa orang lain mengatasi lebih baik daripada yang kita lakukan. Namun, hal ini biasanya karena salah satu dari dua alasan.

* Pertama, mereka mungkin akan mengalami kejutan budaya dalam periode yang berbeda. Beberapa orang mengalami kesulitan besar dalam beberapa minggu pertama, yang lain hanya mulai melihat kejutan budaya setelah beberapa bulan.
* Kedua, mereka mungkin akan mengalami kejutan budaya pada saat yang sama seperti yang kita lakukan, tetapi terlalu malu untuk membicarakan hal itu dengan orang lain. Untungnya, ada satu kepastian dengan kejutan budaya: hal itu tidak berlangsung selamanya! Kita akan terbiasa dengan lingkungan baru anda dan belajar untuk menghargai mereka.

Mengatasi kejutan budaya
Ada banyak hal yang dapat Kita lakukan untuk mengatasi kejutan budaya: menghadapi kejutan budaya
* Pertama dan terutama, tahu bahwa reaksi kita normal dan bahwa kita dapat berbicara tentang mereka dengan orang lain.
* Membuat berteman dengan orang lain. Meskipun akan menghibur untuk memiliki beberapa teman dari negara asal kita, cobalah untuk berteman dengan orang-orang dari negara lain juga. Ini akan memperkaya pengalaman kita ekspatriat.
* Dapatkan beberapa latihan fisik. Untuk olahraga banyak orang adalah cara yang baik untuk berhenti khawatir.
* Cari toko-toko dan restoran yang menjual makanan yang kita digunakan untuk di rumah.
* Dapatkan keluar dari rumah dan melakukan sesuatu. Mencari beberapa saran tentang Hidup dan bekerja di taman kota.

DILARANG MENG-COPY TANPA MENAMPILKAN ALAMAT WEBSITE

Penulis By : Usman maulana